Atom Karbon memiliki massa 12 dengan
nomor atom 12. Konfigurasi elektronnya adalah 1s2, 2s2, 3p2, dan mengalami
hibridisasi dimana 1 elektron dari orbital 2s berpindah ke orbital 2pz,
sehingga memiliki konfigurasi stabil 1s2, 2s1, 2p3, dengan membentuk orbital
hybrid sp3. Sehingga atom karbon memiliki kesempatan untuk membentuk empat
ikatan dengan atom lainnya, kestabilan struktur ini ditunjukan dengan sudut
yang sama 109,50 dengan bentuk tetrahedral, perhatikan Gambar 1 di
bawah ini :
Gambar
1. kestabilan struktur tetrahedral
Berdasarkan karakteristik tetrahedral
maka atom karbon dapat mengikat atom lain selain atom karbon itu sendiri.
Secara sederhana atom karbon dapat membentuk empat ikatan dengan atom hydrogen
seperti pada Gambar B. Kerangka senyawa hidrokarbon dibangun oleh banyak ikatan
antar atom karbonnya. Kerangka senyawa hidrokarbon yang paling sederhana
memiliki sebuah atom karbon, dilanjutkan dengan dua atom karbon, tiga atom
karbon dan seterusnya, perhatikan Gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2. kerangka senyawa karbon
Dalam berikatan sesama atom karbon
terdapat tiga kemukinan, pertama membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap dua
dan ikatan rangkap tiga. Untuk penyederhanaan dapat kita ibaratkan Ikatan
unggal terjadi dari orbital s dan disebut ikatan sigma pada orbital hibrid sp3
dan bentuk molekul tetrahedron dengan sudut 109,50. Senyawa dengan
ikatan tunggal disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Senyawa hidrokarbon
dengan ikatan rangkap dua terjadi pada orbital p, dan ikatan ini dikenal dengan
ikatan phi, pada ikatan rangkap dua terjadi perubahan sudut akibat dua orbital
p berposisi sejajar sehingga membentuk orbital sp2 (segi tiga datar)
dan sudut yang terbentuk adalah 1200. Sama halnya dengan ikatan
rangkap tiga terdapat dua orbital p dalam posisi sejajar sehingga merubah
bentuk orbital sp menjadi (bentuk planar) dengan sudut 1800. Bentuk
molekul dari senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh ditampilkan pada Gambar
di bawah ini. Untuk senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap disebut
dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh.
Gambar 3. ikatan antar senyawa karbon
Atom karbon pada senyawa hidrokarbon
memiliki posisi yang berbeda – beda. Coba kita perhatikan rumus bangun dibawah
ini pada Gambar di bawah ini. Semua atom karbon (merah) yang dapat
mengikat 3 atom hidrogen dan berposisi di tepi, disebut dengan atom karbon
primer. Atom karbon nomor 3 (hijau) yang mengikat 2 atom hidrogen disebut
dengan atom karbon sekunder. Demikian pula atom karbon yang mengikat hanya 1
atom hidrogen (warna abu – abu) memiliki posisi sebagai atom karbon tersier.
Setiap atom Karbon dalam kerangka senyawa hidrokarbon dapat mengikat atom lain
seperti atom hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, klor dan lainnya.
Gambar 4. atom C primer,sekunder,tersier
Perbedaan
atom yang diikat menyebabkan perubahan khususnya pada polaritas sehingga
menyebabkan perbedaan sifat – sifat kimia molekul yang dibentuk. Hal ini dapat
dicermati pada gambar di bawah ini :
Gambar 5. perbedaan kepolaran
Dari
berbagai unsur-unsur kimia yang kita kenal, ada satu unsur yang cakupannya
sangat luas dan pembahasannya sangat mendalam yakni KARBON. Karbon mempunyai nomor atom 6 sehingga jumlah elektronnya
juga 6, dengan konfigurasi 6 C = 2, 4. Dari konfigurasi elektron ini terlihat
atom C mempunyai 4 elektron valensi (elektron pada kulit terluar). Untuk
memperoleh 8 elektron (oktet) pada kulit terluarnya (elektron valensi)
dibutuhkan 4 elektron sehingga masing-masing elektron valensi mencari pasangan
elektron dengan atom-atom lainnya. Kekhasan atom karbon adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan atom karbon yang lain membentuk rantai karbon. Bentuk
rantai2 karbon yang paling sederhana adalah Hidrokarbon. Hidrokarbon hanya tersusun dari dua unsur yaitu
Hidrogen dan Karbon.
Berdasarkan
jumlah atom C lain yang terikat pada satu atom C dalam rantai karbon, maka atom
C dibedakan menjadi :
a.
Atom C primer, yaitu atom C yang mengikat satu atom C yang lain.
b.
Atom C sekunder, yaitu atom C yang mengikat dua atom C yang lain.
c.
Atom C tersier, yaitu atom C yang mengikat tiga atom C yang lain.
d.
Atom C kwarterner, yaitu atom C yang mengikat empat atom C yang lain.
Gambar 6. susunan atom C primer,sekunder,tersier
- atom C primer, atom C nomor 1, 7, 8, 9 dan 10 (warna hijau)
- atom C sekunder, atom C nomor 2, 4 dan 6 (warna biru)
- atom C tersier, atom C nomor 3 (warna kuning)
- atom C kwarterner, atom C nomor 5 (warna merah)
Berdasarkan
bentuk rantai karbonnya :
•
Hidrokarbon alifatik = senyawa hidrokarbon dengan rantai lurus/terbuka yang
jenuh (ikatan tunggal/alkana) maupun tidak jenuh (ikatan rangkap/alkena atau
alkuna).
• Hidrokarbon
alisiklik = senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar / tertutup (cincin).
•
Hidrokarbon aromatik = senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar (cincin)
yang mempunyai ikatan antar atom C tunggal dan rangkap secara selang-seling /
bergantian (konjugasi).
Berdasarkan
ikatan yang ada dalam rantai C-nya, senyawa hidrokarbon alifatik dibedakan atas
:
1.
Alkana (CnH2n+2)
2.
Alkena (CnH2n)
3. Alkuna (CnH2n-2)
Mekanisme Reaksi Substitusi Elektrofilik
Perbedaan
mekanisme reaksi substitusi elektrofilik dengan mekanisme reaksi substitusi
nukleofilik, terletak pada spesies penyerang dan gugus pergi. Pada reaksi
substitusi elektrofilik, spesies penyerang dan gugus perginya adalah suatu
elektrofil (asam menurut konsep Lewis ). Pada dasarnya perubahan yang terjadi
pada reaksi substitusi elektrofilik adalah suatu elektrofil (asam menurut
konsep Lewis) membentuk sebuah ikatan baru dengan atom karbon substrat dan
salah satu substituen pada karbon tersebut lepas tanpa membawa pasangan
elektronnya. Elektrofilnya dapat berupa ion positif, atau ujung positif suatu
dipol, atau dipol terinduksi. Secara
umum persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
R – X + Y + →
R – Y + X+
Substrat elektrofil hasil substitusi gugus pergi
Mekanisme Reaksi Substitusi Elektrofilik Senyawa Alifatik
Kemampuan
melepaskan proton sangat menentukan kereaktifan senyawa alifatik dalam
substitusi elektrofilik. Oleh karena itu gugus pergi yang paling banyak
dijumpai dalam substitusi elektrofilik senyawa alifatik adalah proton. Senyawa
yang mudah mengalami reaksi substitusi elektrofilik, contohnya: atom hidrogen
yang terikat pada atom karbon yang berposisi alpha (Cα ) terhadap gugus
karbonil atau atom hidrogen yang terikat pada atom karbon pada alkuna terminal
( RC ≡ CH) mudah dilepaskan sebagai proton. Sedangkan atom hidrogen pada alkana
sukar dilepaskan sebagai proton, sehingga alkana sukar mengalami reaksi
substitusi elektrofilik.
Pada reaksi
substitusi elektrofilik dikenal empat macam mekanisme yaitu: SE1, SE2
(depan), SE2 (belakang) dan SEi. SE1 adalah
substitusi elektrofilik unimolekuler sedangkan SE2 dan SEi
adalah substitusi elektrofilik bimolekuler.
Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik
Reaksi
yang berlangsung karena penggantian satu atau lebih atom atau gugus dari suatu
senyawa oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila reaksi substitusi
melibatkan nukleofil, maka reaksi disebut substitusi nukleofilik(SN),
dimana S menyatakan substitusi dan N menyatakan nukleofilik.
Spesies yang
bertindak sebagai penyerang adalah nukleofil
(basa Lewis), yaitu spesies yang dapat memberikan pasangan elektron ke atom
lain untuk membentuk ikatan kovalen. Perubahan yang terjadi pada reaksi ini
pada dasarnya adalah: suatu nukleofil dengan membawa pasangan elektronnya
menyerang substrat (molekul yang menyediakan karbon untuk pembentukan ikatan
baru), membentuk ikatan baru dan salah satu substituen pada atom karbon lepas
bersama berpasangan elektronnya.
Jika nukleofil
penyerang dinyatakan dengan lambang Y: atau Y dan substratnya R-X; maka
persaman reaksi substitusi nukleofilik dapat dituliskan secara sederhana
sebagai berikut:
R – X +
Y- → R – Y +
X
Substrat nukleofil hasil
substitusi gugus pergi
Gugus pergi adalah substituen yang lepas
dari substrat, yang berarti atom atau gugus apa saja yang digeser dari
ikatannya dengan atom karbon. Substrat bisa bermuatan netral atau positif,
sedangkan nukleofil bermuatan netral atau negatif. Pada umumnya nukleofil
adalah ion yang bermuatan negatif (anion), tetapi beberapa molekul netral dapat
pula bertindak sebagai nukleofil, contoh: H2O, CH3OH, dan
CH3NH2. Hal ini disebabkan karena molekul-molekul netral
tersebut, memiliki pasangan elektron menyendiri yang dapat digunakan untuk
membentuk ikatan sigma dengan atom C substrat. Dalam reaksi substitusi
nukleofilik bila nukleofilnya H2O atau -OH disebut reaksi hidrolisis, sedangkan bila
nukleofil penyerangnya berupa pelarut disebut reaksi solvolisis. Dengan demikian maka reaksi substitusi
nukleofilik dapat dituliskan dalam 4
macam persamaan reaksi, yaitu :
Nu: – +
R – L → Nu
– R + L: –
Nu:
+
R – L → Nu+ – R
+ L: –
Nu: – +
R – L+ →
Nu – R + L:
Nu: – +
R – L+ →
Nu+ – R + L:
Keterangan :
Nu : atau Nu:¯ adalah nukleofil
L : atau L:¯ adalah gugus pergi
Ion
atau molekul yang merupakan basa yang sangat lemah, seperti I¯, Cl¯,
Br¯merupakan gugus pergi yang baik,
karena mudah dilepaskan ikatannya dari atom C substrat. Sedangkan nukleofil yang baik adalah nukleofil
yang berupa basa kuat.
Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofil Senyawa Alifatik
Reaksi substitusi
nukleofil senyawa alifatik biasanya
terjadi pada senyawa alkil halida (R-X). Atom karbon yang mengikat
halida pada alkil halida ini, mempunyai muatan parsial positif, sehingga mudah
diserang oleh nukleofil. Jika gugus
perginya adalah ion halida, maka gugus ini merupakan gugus pergi yang baik karena
ion-ion halidanya merupakan basa yang sangat lemah dan mudah digantikan oleh
nukleofil.
Pertanyaan :
1.Reaksi apa saja yang dapat membentuk
ikatan C-C ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi laju
reaksi SN1 dan SN2 ?
3. Apa saja ciri-ciri mekanisme reaksi SN1
dan SN2 ?
Sumber
: Fessenden, R. J. Dan J. S. Fessenden. 1982. Kimia organic edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Hart, H. 1987. Kimia
Organik. Jakatra : Erlangga.
Wahyudi. 2000. Kimia Organik 3.
Jakarta : Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar